Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Le Procope, Kisah Kelahiran Kafe Modern

Kompas.com - 08/05/2013, 10:43 WIB

SAAT menyusuri Sungai Seine di Paris, Perancis, wisatawan pasti akan terpukau dengan berbagai obyek wisata di sekitarnya, mulai dari Menara Eiffel, Museum Louvre, dan Gereja Notre Dame. Satu hal yang kadang dilupakan orang adalah banyak situs bersejarah yang terkait dengan sejarah kuliner di tempat itu. Restoran Le Procope bisa bertutur banyak mengenai sejarah kafe modern dan juga sejarah revolusi sebuah negara.

Saat melihat-lihat paket wisata yang ditawarkan oleh Agence France Tourisme di tepi Sungai Seine, Kompas melihat satu tawaran yang menarik, yaitu makan di Restoran Le Procope dan wisata kapal menyusuri Sungai Seine. Tawaran ini menarik karena diberi embel-embel bahwa restoran tersebut adalah restoran tua yang berdiri menjelang Revolusi Perancis. Paket wisata ini kadang memang terlupakan oleh wisatawan karena mereka lebih terpesona dengan tempat-tempat wisata Paris yang sudah terkenal.

Untuk menuju Le Procope, cara yang paling nyaman adalah dengan menumpang kereta dengan tujuan akhir Stasiun Odeon. Stasiun ini berada di Latin Square yang banyak dihuni oleh pendatang dari Eropa selatan. Dari stasiun ke restoran itu jaraknya sekitar 300 meter. Bila kurang paham arah restoran, Anda cukup bertanya ke warga yang ada di dekat stasiun dan mereka akan menunjukkan arah Le Procope, tepatnya di 13, Rue de l’Ancienne Comedie.

Restoran ini pada awalnya adalah kafe yang berdiri pada tahun 1686. Seorang warga Italia bernama Francesco Procopio Dei Coltelli, yang semula bekerja di warung kopi milik seorang warga Armenia, kemudian membuat kafe ini. Bosnya yang kemudian pindah ke London sempat membuatnya menganggur. Namun, ini tidak lama karena ia kemudian berkongsi dengan rekannya untuk berjualan di Pameran Raya Saint German.

Seusai pameran itu, Procopio melanjutkan berjualan kopi. Saat itu kafe belum begitu dikenal. Ia hanya menyediakan tempat untuk mengobrol dan minum kopi. Tradisi makan di luar juga relatif baru. Ia lalu menyewa sebuah rumah dan digunakan untuk berjualan tidak hanya kopi, tetapi juga minuman lainnya. Procopio yang berasal dari Italia sangat menikmati kehidupan dan kultur Paris. Ia kemudian mengganti namanya menjadi Francois Procope Cateau.

Tempat berjualan ini sempat berpindah hingga menetap di bangunan yang ada Rue de l’Ancienne Comedie yang saat itu ramai karena terdapat teater. Otomatis seniman kerap melalui jalan itu dan mampir di Procope. Tempat ini menjadi tempat berkumpul kalangan seniman dan juga tempat untuk membaca. Sangat mungkin kebiasaan untuk membaca dan berdiskusi di sebuah kafe berasal dari kebiasaan di Paris ini.

Procope menjadi tempat untuk berbagai informasi hingga dikenal sebagai tempat untuk pencerahan karena kalangan intelektual pun berkumpul di tempat ini. Beberapa seniman dan intelektual Paris, seperti JJ Rousseau, Diderot, Voltaire, dan Pirot, menjadi pelanggan setia. Ketika memasuki abad ke-18, diskusi di tempat itu makin panas karena menyangkut soal pemisahan kekuasaan dalam negara. Hal ini terkait dengan perkembangan di Paris di mana rakyat mulai mengkritik absolutisme. Bahkan, Voltaire menulis karyanya di tempat itu. Ia juga pernah berdiskusi dengan Benjamin Franklin di tempat yang sama.

Pada tahun 1724, Procope ditangani anak Procopio. Tempat itu menjadi makin terkenal sebagai titik kumpul para intelektual. Di tengah suasana politik Perancis yang makin panas, Procope menjadi tempat konsolidasi kalangan cerdik cendekia. Napoleon Bonaparte pun bergabung di tempat ini dan disebut sebagai pelanggan baru.

Sudah barang tentu polisi akhirnya mengetahui sarang para intelektual berkumpul ini. Dalam salah satu laporannya disebutkan bahwa ada agen polisi yang menjadi salah satu pelanggan kafe ini untuk memonitor para tamu tempat ini. Hingga kemudian terjadi Revolusi Perancis pada tahun 1789-1799.

Procope pernah tutup dan berpindah tangan. Tempat ini juga pernah menjadi galeri. Namun, fungsinya relatif tetap karena kalangan intelektual masih saja berkumpul di tempat ini. Kembali kafe ini tutup lagi dan dibuka kembali hingga pemilik yang baru tidak hanya menjual minuman, tetapi juga makanan atau menjadi restoran.

Pada tahun 1956, setelah bergonta-ganti pemilik, pemilik yang baru, Deroussent, berusaha mengubah penampilan kafe ini. Ia juga mulai menghadirkan sejumlah makanan baru hingga orang lebih mengakui Le Procope sebagai restoran. Namun, restoran ini tak banyak menghilangkan ciri khas semula.

Beberapa waktu lalu ketika Kompas mendatangi restoran ini, sejumlah hidangan disajikan untuk sebuah paket seharga sekitar Rp 300.000. Paket ini termasuk paket wisata kapal menyusuri Sungai Seine. Menu makanan yang disajikan mulai dari makanan pembuka, makanan utama hingga makanan penutup. Pilihan makanan utama mulai dari yang berbasis daging sapi hingga ikan.

Sulit untuk mengenang rasa makanan-makanan itu karena asing bagi penulis. Namun, suasana restoran itu masih dikenang betul, terutama sejumlah benda-benda peninggalan seperti topi Napoleon Bonaparte, menu makanan Napoleon hingga sejumlah buku menu yang merupakan peninggalan beberapa restoran tersebut. Ada juga sejumlah catatan mengenai tokoh Voltaire dan Robespierre. Sudah pasti pengunjung yang datang langsung tertarik untuk berjalan-jalan di dalam restoran sambil melihat-lihat berbagai peninggalan itu.

Dengan berbagai peninggalan yang masih terawat, Procope hendak meyakinkan pengunjung bahwa tempat ini benar-benar bersejarah. Para tamu diperkenankan untuk memotret berbagai ruangan yang ada di restoran ini. Sebuah buku kecil berjudul Le Procope, Once Upon a Time 3 Centuries of History dijual di tempat itu. Buku ini berkisah tentang sejarah restoran tersebut. Sayang sekali buku ini terlalu kecil sehingga hanya memuat sebagian kisah dari restoran ini.

Kini orang datang ke tempat itu bukan sekadar makan, melainkan juga mengenang sejarah. Sejarah Revolusi Perancis dan juga sejarah perkembangan kafe modern yang kemudian menyebar ke sejumlah negara. Kafe modern memang berkembang di Paris dan menyebar ke seluruh dunia sebagai tempat untuk mengobrol, minum, dan bersantai. (Andreas Maryoto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Momen 'Buzzer Beater' Historis di Playoff NBA

5 Momen "Buzzer Beater" Historis di Playoff NBA

Sports
Indonesia Vs Guinea, Saat Garuda Lebih 'Panas' dari Sang Gajah...

Indonesia Vs Guinea, Saat Garuda Lebih "Panas" dari Sang Gajah...

Timnas Indonesia
Piala Asia U17 Putri 2024: Claudia Scheunemann dkk Tingkatkan Kecepatan

Piala Asia U17 Putri 2024: Claudia Scheunemann dkk Tingkatkan Kecepatan

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea: Tantangan Persiapan 72 Jam

Indonesia Vs Guinea: Tantangan Persiapan 72 Jam

Timnas Indonesia
Persib Tatap Championship Series, Gim Internal untuk Jaga Kebugaran

Persib Tatap Championship Series, Gim Internal untuk Jaga Kebugaran

Liga Indonesia
PSG Vs Dortmund: Enrique Tebar Ancaman, Ingin Cetak 2 Gol dalam 3 Detik

PSG Vs Dortmund: Enrique Tebar Ancaman, Ingin Cetak 2 Gol dalam 3 Detik

Liga Champions
Jadwal Siaran Langsung Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024

Jadwal Siaran Langsung Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea: Garuda Muda Terus Bersiap di Tengah Kelelahan

Indonesia Vs Guinea: Garuda Muda Terus Bersiap di Tengah Kelelahan

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea, Fokus STY Hadapi Tantangan Suhu, Psikologis, dan Lapangan

Indonesia Vs Guinea, Fokus STY Hadapi Tantangan Suhu, Psikologis, dan Lapangan

Timnas Indonesia
PSG Vs Dortmund, Cara Hentikan Kecepatan Kylian Mbappe...

PSG Vs Dortmund, Cara Hentikan Kecepatan Kylian Mbappe...

Liga Champions
Piala Asia U17 Putri 2024,  Tekad Claudia Scheunemann Tampil Lebih Baik Lagi

Piala Asia U17 Putri 2024, Tekad Claudia Scheunemann Tampil Lebih Baik Lagi

Timnas Indonesia
Nasib Belum Jelas meski Arema FC Tetap di Liga 1, Widodo Beri Pesan Manajemen

Nasib Belum Jelas meski Arema FC Tetap di Liga 1, Widodo Beri Pesan Manajemen

Liga Indonesia
Pemain Malaysia Faisal Halim Terancam Pensiun Dini Usai Disiram Air Keras

Pemain Malaysia Faisal Halim Terancam Pensiun Dini Usai Disiram Air Keras

Internasional
Reaksi Satoru Mochizuki Usai Timnas U17 Putri Indonesia Kalah dari Filipina

Reaksi Satoru Mochizuki Usai Timnas U17 Putri Indonesia Kalah dari Filipina

Timnas Indonesia
Kata Ricky Soebagdja soal Perjuangan dan Pencapaian Tim Thomas-Uber Indonesia

Kata Ricky Soebagdja soal Perjuangan dan Pencapaian Tim Thomas-Uber Indonesia

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com